Langkah Preventif Pencegahan Tindakan Bullying Pada Anak
Rabu, 15 Oktober 2014 14:59

Vemale.com - Bullying sekarang ini sudah menjadi topik hangat. Tidak hanya di negeri sendiri bahkan juga di luar negeri. Apa masalahnya dengan topik Bullying ini?


Sudah tentu, bullying ini sudah memakan korban yang tidak sedikit dan berakhir dengan kematian. Tindakan bullying ini tidak hanya dilakukan secara personal namun lebih mengarah ke kondisi bergroup/kelompok dan dilakukan bukan hanya di alam nyata namun juga sudah merebak di dunia maya (sosial media).


Efek tindakan bullying ini akan membuat korban menjadi tertekan baik secara fisik maupun psikis. Bukan hanya sekali, namun karena intensitas yang dilakukan berkali-kali, tentunga tekann-tekanan yang dirasakan korban semakin berat, korban pun akan mengalami depresi, emosional hingga tindakan-tindakan di luar batas akal kita, seperti akhir-akhir ini sering terjadinya kisah-kisah memilukan, yaitu orang-orang akibat bullying cenderung pesimif dan bunuh diri.


Kerasnya kehidupan dan mudahnya akses media yang dengan mudah bisa mengekspos hidup seseorang tidak jarang menimbulkan kesan negatif. Kurangnya bijaknya dalam bersikap, tindakan dalam pergaulan bahkan tindakan preventif bullying akan memperparah keadaan. Semakin banyak korban, apalagi dengan sikap introvertnya akan memicu seseorang untuk mengambil tindakan sepintas.


Korban pun tidak hanya di kalangan anak-anak malahan di kalangan remaja yang notabene sebagai generasi penerus keluarga dan generasi penerus bangsa. Namun tiada kata terlambat, kita bisa melakukan upaya-upaya preventif untuk mencegah hal ini terulang kembali, bukan hanya untuk menyelamatkan anggota keluarga namun juga menyelamatkan anak-anak dan kaum remaja sebagai tumpuan harapan bangsa.


Apa sih upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk tindakan pencegahan:


1. Optimalisasi kasih sayang orang tua dan keluarga. Anak sebagai buah hati bagi orang tuanya dan keluarganya, seyogyanya mendapat perlindungan, kasih sayang dan perhatian terutama dari orantg-orang terdekat terutama dari orang tua dan keluarganya.


Hasil research menyebutkan, anak yang tumbuh di lingkungan yang baik, akan tumbuh menjadi generasi yang stabil, optimis serta emosional. Yang artinya perilaku orang tua dan keluarga secara otomatis akan membentuk pribadi dan mental anak. Sehingga bila anak cukup mendapat perlindungan dan perhatian dari orang-orang terdekat, ancaman luar pun akan bisa dihadapi si anak dengan optimis.


2. Asupan nutrisi yang cukup. Anak-anak dan kaum remaja sebagai kaum yang sedang tumbuh kembang, pastinya memerlukan asupan nutrisi yang cukup. Nutrisi yang cukup akan membentuk daya tahan tubuh anak yang kuat, tidak mudah terserang penyakit, serta aktif bergerak. Peran serta anak dengan lingkungannya secara aktif, akan membawa dampak anak tersebut diterima secara sosial.


3. Program pengembangan bakat dan kemampuan anak. Wadah ini dibentuk sebagai upaya penyaluran minta dan bakat sang anak sehingga sang anak akan terhindar dari hal-hal negatif yang bukan hanya membahayakan dirinya namun juga lingkungan secara sosial. Bila adanya penyaluran minat dan bakat anak secara positif, pikiran dan perhatian anak akan terkonstrasikan pada hal-hal yang positif.


Walau untuk beberapa wadah pelatihan dan pengembangan bakat dan minat anak ini, ada yang membutuhkan biaya yang tak sedikit, banyak juga arena permainan-permainan baik di perkotaan maupun pedesaan yang murah meriah. Tinggal bagaimana orang tua dan keluarga mengupayakan hal itu serta mebcari solusi terbaiknya.


4. Healing (penyembuhan) bagi korban bullying. Mungkin hal ini yang menjadi fokus utama kita dimana bila ada anggota keluarga yang mengalami depresi, perubahan sikap yang menjurus pada tindakan kekerasan, sudah sepatutnya kita ada untuk mereka, memberikan perhatian, dukungan dan bila memungkinkan dengan bantuan konseling.


Konseling pun bisa dilakukan bersama staff pengajar di sekolah, Guru Agama, bahkan pemuka agama sekalipun. Tujuan adanya bantuan konseling, agar sang anak bisa menemukan solusi dari permasalahan yang dialami sang anak. Terkadang dengan orang tua sendiri, mereka takut untuk terbuka karena dipikiran mereka pasti orang tua akan marah dan menghukum si pelaku bullyingnya. Namun dengan mereka lah, terkadang meraka bisa open dan lebih leluasa untuk mengeluarkan perasaannya.


5. Pembinaan dalam penggunaan media sosial khususnya bagi anak-anak dan para remaja. Saat ini peranan media sosial sangat gencar-gencarnya dan terkadang anak-anak merasa ketergantungan terhadap fungsi dari media sosial ini. Adanya media sosial ini disinyalir menjadi salah satu pemicu depresi korban bullying, di mana bullying yang dilakukan seolah-olah bisa mengekspose kehidupan pribadi korbannya. Tak jarang, gara-gara bullying di media sosial, ada beberapa anak-anak yang memilih mengakhiri hidupnya.


6. Pendekatan persuasif secara moral dan agama terhadap pelaku bullying. Terkadang hal ini menjadi luput dari perhatian kita. Bila ada anggota keluarga kita mengalami tindakan bullying, tak perlu ragu untuk mencari solusi bersama.


Bullying yang dilakukan anak-anak ataupun kaum remaja, bisa kita selesaikan secara kekeluargaan baik dengan pihak keluarganya bahkan melibatkan pihak terkait, seperti sekolah, organisasi diluar sekolah. Nah, tujuannya tiada lain untuk memutus rantai peristiwa yang lebih fatal. Dipercaya tindakan ini bisa efektif. Tak perlu diselesaikan dengan emosi apalagi dilawan dengan kekerasan.


Jiwa anak-anak dan kaum remaja memang masih labil, masih butuh bimbingan terutama dari para orang tua dan keluarga. Langkah pencegahan lebih baik dilakukan sedini mungkin untuk mencegah kerusakan moral yang memicu anak-anak dan para remaja mengalami kondisi frustasi yang berakibat fatal bukan saja pada korban bullying tetapi juga para pelakunya yang sudah masuk dalam kategori tindakan kriminal.


Nah, pembinaan mental mereka harus senantiasa dilakukan, berkesinambungan serta dengan pendekatan moral dan agama.


Penulis
Suhartini
www.facebook.com/dede.binttazharmansyur


KOMENTAR NEWS